KISAH UNTUK DIKISAHKAN
AEL
Dia adalah seorang teman yang sudah lama tak ku temui. Seorang
perempuan terpandang di SMKN 1 Olo. Sosok wanita yang ku kagumi pronouncation-nya saat berbicara bahasa asing yang telah
menjadi bahasa international itu. Sabela Rosada Andemil,seorang wanita
tentunya. Cantik pasti. Pesonanya pun belum ada yang dapat membantah.
Sudah hampir tujuh tahun dengan tahun ini aku tak bertemu dengannya.
Terakhir kami hanya bertemu sebentar di kota sebelah.Sekarang dia masih
mempesona, tidak luntur sedikitpun. Tapi kesan pertama yang ditimbulkan
menurut pandanganku adalah kenapa belum ada wajah keibuan di wajahya?
***
Badan Pelatihan Pengajaran..
Di sini lah aku sekarang. Mendengarkan kata sambutan. Ya, memang hampir
semua utusan yang maju memberikan kata sambutan menyampaikan hal yang
sama ‘selamat datang para guru utusan kabupaten dalam pelatihan ini.
Semoga dapat mengambil pelajaran’. Aku sudah hafal. Tapi karena
kebiasaan orang timur yang harus menghormati orang terlebih dahulu jika
ingin dihormati juga. Jadi, aku harus ikhlas mendengarkan.
Seseorang menyentuh bahuku..
“ Elda?” suara lembut dengan logat kebule-an.
“iya. Sabel?” aku berusaha menyembunyikan suara kagetku.
“ya Allah. Makin cantik aja kamu. Ga nyangka bakal ketemu disini. Jadi
guru juga kita sekarang ya”
“hahaha , iya. Kamu dulu bukannya bercita-cita jadi dokter?”
“ Allah berkata lain,Da. Kamu ngajar apa? Di mana?’
“ Bahasa Indonesia,Bel. Di SMAN 2 UNGGULAN BANGSA. kamu sendiri di
mana?”
“ wah sesuai ya. Kamu dari dulukan suka buat puisi. Aku guru Bahasa
Inggris. Di SMAN 2 Bukit. SMAN 2 UNGGULAN BANGSA yang baru itu di
Arosuka?”
“haha iya,Bel.”
Memang Allah lah yang tahu segalanya, yang menentukan takdir hingga
takdir itulah yang datang pada kita. Hingga aku bisa sekamar dengan
Sabel. Teman ku semasa di SMA yang membantuku mengusik kejenuhan saat
acara pembukaan seperempat jam yang lalu.
Karena namanya juga latihan. Sesudah tahu aku di kamar mana dengan
siapa ada apa saja dan bisa meletakkan tas saja aku sudah harus ke
ruang pelatihan.
Panjang cerita ketika pemateri itu mengajar. Sangat menarik dan
memotivasi memang. Tetapi, yang sangat membenaniku sekarang hanya tugas
yang beliau berikan. Menyiapkan cerpen dalam waktu satu malam—
***
Vandaria University..
Kirana Sabelto sudah tiba dua hari yang lalu di desa ini. Desa di
negara seberang yang berbeda benua dengan tanah air. Dan pagi ini ia
sudah harus mengikuti apel pagi, dan dilanjutkan dengan ospek
istilanya kalau tidak salah.
Jika dua hari yang lalu ia dapat santai karena sedang berada dengan
teman se-tanah air yang memang hanya mereka bertiga yang asli undangan
langsung dari negara ini. Tidak untuk sekarang. Sekarang ia lah yang
berada jauh dari perkotaan. Berbeda dengan kedua temannya. Fadel
Maldini , satu-satunya teman laki-laki yang di milikinya sekarang lebih
memilih sebuah universitas di pusat kota. Memang sudah mudah ditebak,
sebelum ini ia memang tinggal di ibukota tanah air, Jaygarta. Jadi,
mungkin takut tidak bisa beradabtasi jika harus jauh-jauh dari kota.
Dua puluh kilometer dari pusat itu, ada sebuah universitas juga yag
membuat hati temanku yang lainnya tergerak untuk memilihnya. Ondavia University, di sanalah teman perempuannya Rose Multi
Inta sekarang. Sedangkan ia, ntah apa yang menggerakkan hatinya untuk
lebih memilih universitas di desa ini. Desa ini memang bukan sembarang
desa, desa ini memiliki keistimewaan yang luar biasa. Desa
pendidikan,begitulah julukan yang diberikan negara untuknya. Semua
kehidupan di sini masih tradisional. Seluruh warganya harus menggunakan
peralatan yang masih tradisional untuk kesehariannya. Makanan, baju,
celana, rumah, alat transportasi, alat komunikasi, budaya hidup dan
semuanya yang menyangkut kehidupan masih sederhana. Tak cuma-cuma
negara langsung turun tangan untuk ini. Seluruh warga di sini digaji
setiap bulannya. Baju mereka negaralah yang mensuplainya . ini
bertujuan agar budaya lama Benua Osutoraria ini tidak hilang, selain
itu untuk menarik wisatawan lokal dan internasional tentunya. Kebiasaan
desa yang lebih sopanlah yang menggerakkan hatinya untuk lebih memilih
unversitas yang ketenaran dan kualitasnya sama dengan kedua universitas
yang dipilih kedua temannya , walaupun letaknya jau di desa yang mau
tidak mau kebiasaan di dalamnya juga harus diikutinya. Dan yang
terpenting walau merka berpencaar, hubungan komunikasi diantara
ketiganya masih berjalan baik, sangat bak malah diantara Sabel dan
Fadel.
‘hah. Keep spirit,Bel!’ Sabel berusaha menyemangati dirinya, karena
belum ada teman yang akan menyemangatinya. ‘ semangat untuk besok,syg.
Jangan lirik sana sini,ya!’ Sabel tersenyum mengingat messenger dari kekasihnya saat tadi malam mereka chat, kekasihnya sejak empat bulan yang lalu, Fadel.
Fadel Maldini. Laki-laki cinta pertama Sabel. Kekasih pertamanya juga.
Ganteng dengan postur tubuh yang mantap. Tingginya 183 cm. Rambutnya
tegak menambah kesan gagah dirinya. Kenceran otak dan sifat baiknya lah
yang selalu berhasil membuat Sabel tidak dapat mengontrol detak jantung
saat bersamanya. Kelembutan suaranya saat menyebut nama Sabel yang
menambah kinerja jantung Sabel bertambah kencang.
Hari ini berjalan biasa saja bagi Sabel. Pembinaan mahasiswa baru jauh
berbeda dengan di negaranya. Di sini jauh lebih berpendidikan, seluruh
mahasiswa baru hanya dikumpulkan di aula dan diberi pengarahan untuk
menjadi mahasiswa yang baik. Jika dipikir-pikir lucu sekali acara
pembinaan di negaranya lebih berpijak kepada pembinaan mental
mahasiswa. Mereka cenderung diperlakukan seperti orang gila , dengan
tujuan agar tidak gila beneran saat mengetahui beginilah nasib jadi
mahasiswa, di mana seluruh nafas,jiwa dan raga dipertaruhkan demi
terbuatnya proposal yang disetujui oleh dewan pembimbing. Hingga saat
aku sedang duduk di sebuah taman..
‘hi, I’m Pevita, from Nesia’
‘hello, I’m Sabel from Nesia too,
akhirnya aku bisa ngomong pakai Bahasa Nesia lagi.’
‘hahaha iya, kamu yang mahasiswa undangan itu ya? Ah , jika
mengingatnya aku sedih, aku ga lulus di les chapter terakhir’
kulihat raut wajahnya menjadi sedih.
‘kan sekarang yang penting kamu udah di sini. Itu intinya kan?’
‘iya sih. Tapi kan mahal, orang Nesia kan suka yang gratisan Beeel’ dia
merengek
‘hahahaha’
Sabel bisa tertawa. Pevita orang yang bisa membuat tertawa. Kesan
pertama yang ditimbulkannya menarik sekali. Pevita Andini, nama nya
cantik. Mirip dengan artis kesukaan Abel ‘Pevita Pearce’. Dan ternyata
namanya mempengaruhi nya. Hidung mereka mirip walau tak sama.
Hari – hari Sabel menjadi lebih berwarna. Pevita sangat bisa
diandalkan. Hubungan antara dirinya dengan Rose dan Fadel masih sangat
baik. Mereka selalu menyempatkan diri berkumpul di akhir pekan saat
awal bulan, berbagi cerita tentang perjuangan masing-masing,
mencurahkan isi hati , berkeluh kesah akan kerasnya hidup di negri
orang. Hubungan Fadel dan Sabel masih langgeng hingga sekarang. Hingga
mereka sudah ada di akhir semester enam, sudah selesai semua beban yang
selama ini dikeluhkan. Kurang dari seminggu dari ini Fadel akan
wisudah. Pas seminggu bagi Sabel untuk menunggu menjadi wisudawati, dan
10 hari lagi bagi Rose untuk wisuda.
Sekarang hari H. Dan dua hari sesudah itu mereka sudah berada di
ibukota Nesia. Bersiap-siap bertemu sanak saudara. Tetapi 5 jam sebelum
itu Sabel menyempatkan diri bertemu dengan orangtua Fadel.
Seperti di sinetron tampaknya orangtua Fadel tidak setuju dan kurang
suka akan Sabel. Sedih sekali bila diceritakan. Tetapi mereka tetap
berjuang. Hingga akhirnya diberi keputusan bahwa orangtua Sabel lah
yang harus menelfon orangtua Fadel untuk memaastikan hubungan mereka.
Di akhir minggu, sifat manusia yang tak dapa dipungkiri dapat datang
kapan saja itu ‘LUPA’ yang membuat hubungan sepasang kekasih kandas
begitu saja. Kakak Sabel yang telah diamanahkan untuk menelfon ternyata
lupa. Tidak ada yang tahu seberapa hancur hati Sabel hingga trauma
masih menghantuinya hingga kini.
Ia trauma untuk merajut hubungan dengan laki-laki lagi!
***
Setidaknya seperti itulah ringkasan cerita yang kubuat, dan alhamdulillah sudah mendapat pujian dari pembimbing yang
sangat kukagumi dipelatihan itu
***
Orang ketiga pendengar
Semakin takut rasanya aku merajut kisah dengan laki-laki. Takut
merasakan trauma seperti yang dialami oleh teman guruku. Seorang wanita
yang dipikir sangat luar biasa bisa hancur berantakan hanya dikarenakan
kisah cinta uang dirajutnya tidak seindah yang ia harapkan. Keteledoran
serta keacuhan seseorang lah yang menghancurkan masa depan beliau. Masa
depan yang diharapkan indah bersama seribu kisah bersama suami, anak
dan cucu yang akan memenuhi rumahnya di masa tua. Banyak pelajaran
yang dapat diambil sebenarnya dari kisah ringkas guruku saat awal
beliau menerangkan pelajaran mengenai cerita pendek berdasarkan
pengalaman orang lain. Dan inilah cerita teman seperjuangan beliau yang
sedang kuusahakan untuk diceritakan kembali.
0 komentar:
Posting Komentar