Minggu, 03 Desember 2017

#2 CERPEN

KISAH UNTUK DIKISAHKAN
AEL

        Dia adalah seorang teman yang sudah lama tak ku temui. Seorang perempuan terpandang di SMKN 1 Olo. Sosok wanita yang ku kagumi pronouncation-nya saat berbicara bahasa asing yang telah menjadi bahasa international itu. Sabela Rosada Andemil,seorang wanita tentunya. Cantik pasti. Pesonanya pun belum ada yang dapat membantah.
       Sudah hampir tujuh tahun dengan tahun ini aku tak bertemu dengannya. Terakhir kami hanya bertemu sebentar di kota sebelah.Sekarang dia masih mempesona, tidak luntur sedikitpun. Tapi kesan pertama yang ditimbulkan menurut pandanganku adalah kenapa belum ada wajah keibuan di wajahya?
***
       Badan Pelatihan Pengajaran..
       Di sini lah aku sekarang. Mendengarkan kata sambutan. Ya, memang hampir semua utusan yang maju  memberikan kata sambutan menyampaikan hal yang sama ‘selamat datang para guru utusan kabupaten dalam pelatihan ini. Semoga dapat mengambil pelajaran’. Aku sudah hafal. Tapi karena kebiasaan orang timur yang harus menghormati orang terlebih dahulu jika ingin dihormati juga. Jadi, aku harus ikhlas mendengarkan.
          Seseorang menyentuh bahuku..
 “ Elda?” suara lembut dengan logat kebule-an.
“iya. Sabel?” aku berusaha menyembunyikan suara kagetku.
“ya Allah. Makin cantik aja kamu. Ga nyangka bakal ketemu disini. Jadi guru juga kita sekarang ya”
“hahaha , iya. Kamu dulu bukannya bercita-cita jadi dokter?”
“ Allah berkata lain,Da. Kamu ngajar apa? Di mana?’
“ Bahasa Indonesia,Bel. Di SMAN 2 UNGGULAN BANGSA. kamu sendiri di mana?”
“ wah sesuai ya. Kamu dari dulukan suka buat puisi. Aku guru Bahasa Inggris. Di SMAN 2 Bukit. SMAN 2 UNGGULAN BANGSA yang baru itu di Arosuka?”
“haha iya,Bel.”
                Memang Allah lah yang tahu segalanya, yang menentukan takdir hingga takdir itulah yang datang pada kita. Hingga aku bisa sekamar dengan Sabel. Teman ku semasa di SMA yang membantuku mengusik kejenuhan saat acara pembukaan seperempat jam yang lalu.
Karena namanya juga latihan. Sesudah tahu aku di kamar mana dengan siapa ada apa saja dan bisa meletakkan tas saja aku sudah harus ke ruang pelatihan.
Panjang cerita ketika pemateri itu mengajar. Sangat menarik dan memotivasi memang. Tetapi, yang sangat membenaniku sekarang hanya tugas yang beliau berikan. Menyiapkan cerpen dalam waktu satu malam—
***
            Vandaria University..
             Kirana Sabelto sudah tiba dua hari yang lalu di desa ini. Desa di negara seberang yang berbeda benua dengan tanah air. Dan pagi ini ia sudah harus mengikuti apel pagi, dan dilanjutkan dengan ospek istilanya kalau tidak salah.
          Jika dua hari yang lalu ia dapat santai karena sedang berada dengan teman se-tanah air yang memang hanya mereka bertiga yang asli undangan langsung dari negara ini. Tidak untuk sekarang. Sekarang ia lah yang  berada jauh dari perkotaan. Berbeda dengan kedua temannya. Fadel Maldini , satu-satunya teman laki-laki yang di milikinya sekarang lebih memilih sebuah universitas di pusat kota. Memang sudah mudah ditebak, sebelum ini ia memang tinggal di ibukota tanah air, Jaygarta. Jadi, mungkin takut tidak bisa beradabtasi jika harus jauh-jauh dari kota. Dua puluh kilometer dari pusat itu, ada sebuah universitas juga yag membuat hati temanku yang lainnya tergerak untuk memilihnya. Ondavia University, di sanalah teman perempuannya Rose Multi Inta sekarang.  Sedangkan ia, ntah apa yang menggerakkan hatinya untuk lebih memilih universitas di desa ini. Desa ini memang bukan sembarang desa, desa ini memiliki keistimewaan yang luar biasa. Desa pendidikan,begitulah julukan yang diberikan negara untuknya. Semua kehidupan di sini masih tradisional. Seluruh warganya harus menggunakan peralatan yang masih tradisional untuk kesehariannya. Makanan, baju, celana, rumah, alat transportasi, alat komunikasi, budaya hidup dan semuanya yang menyangkut kehidupan masih sederhana. Tak cuma-cuma negara langsung turun tangan untuk ini. Seluruh warga di sini digaji setiap bulannya. Baju mereka negaralah yang mensuplainya . ini bertujuan agar budaya lama Benua Osutoraria ini tidak hilang, selain itu untuk menarik wisatawan lokal dan internasional tentunya. Kebiasaan desa yang lebih sopanlah yang menggerakkan hatinya untuk lebih memilih unversitas yang ketenaran dan kualitasnya sama dengan kedua universitas yang dipilih kedua temannya , walaupun letaknya jau di desa yang mau tidak mau kebiasaan di dalamnya juga harus diikutinya. Dan yang terpenting walau merka berpencaar, hubungan komunikasi diantara ketiganya masih berjalan baik, sangat bak malah diantara  Sabel dan Fadel.
     ‘hah. Keep spirit,Bel!’ Sabel berusaha menyemangati dirinya, karena belum ada teman yang akan menyemangatinya. ‘ semangat untuk besok,syg. Jangan lirik sana sini,ya!’ Sabel tersenyum mengingat messenger dari kekasihnya saat tadi malam mereka chat, kekasihnya sejak empat bulan yang lalu, Fadel.
       Fadel Maldini. Laki-laki cinta pertama Sabel. Kekasih pertamanya juga. Ganteng dengan postur tubuh yang mantap. Tingginya 183 cm. Rambutnya tegak menambah kesan gagah dirinya. Kenceran otak dan sifat baiknya lah yang selalu berhasil membuat Sabel tidak dapat mengontrol detak jantung saat bersamanya. Kelembutan suaranya saat menyebut nama Sabel yang menambah kinerja jantung Sabel bertambah kencang.
     Hari ini berjalan biasa saja bagi Sabel. Pembinaan mahasiswa baru jauh berbeda dengan di negaranya. Di sini jauh lebih berpendidikan, seluruh mahasiswa baru hanya dikumpulkan di aula dan diberi pengarahan untuk menjadi mahasiswa yang baik. Jika dipikir-pikir lucu sekali acara pembinaan di negaranya lebih berpijak kepada pembinaan mental mahasiswa. Mereka cenderung diperlakukan seperti orang gila , dengan tujuan agar tidak gila beneran saat mengetahui beginilah nasib jadi mahasiswa, di mana seluruh nafas,jiwa dan raga dipertaruhkan demi terbuatnya proposal yang disetujui oleh dewan pembimbing. Hingga saat aku sedang duduk di sebuah taman..
hi, I’m Pevita, from Nesia’
‘hello, I’m Sabel from Nesia too, akhirnya aku bisa ngomong pakai Bahasa Nesia lagi.’
‘hahaha iya, kamu yang mahasiswa undangan itu ya? Ah , jika mengingatnya aku sedih, aku ga lulus di les chapter terakhir’ kulihat raut wajahnya menjadi sedih.
‘kan sekarang yang penting kamu udah di sini. Itu intinya kan?’
‘iya sih. Tapi kan mahal, orang Nesia kan suka yang gratisan Beeel’ dia merengek
‘hahahaha’
       Sabel bisa tertawa. Pevita orang yang bisa membuat tertawa. Kesan pertama yang ditimbulkannya menarik sekali. Pevita Andini, nama nya cantik. Mirip dengan artis kesukaan Abel ‘Pevita Pearce’. Dan ternyata namanya mempengaruhi nya. Hidung mereka mirip walau tak sama.
Hari – hari Sabel menjadi lebih berwarna. Pevita sangat bisa diandalkan. Hubungan antara dirinya dengan Rose dan Fadel masih sangat baik. Mereka selalu menyempatkan diri berkumpul di akhir pekan saat awal bulan, berbagi cerita tentang perjuangan masing-masing, mencurahkan isi hati , berkeluh kesah akan kerasnya hidup di negri orang. Hubungan Fadel dan Sabel masih langgeng hingga sekarang. Hingga mereka sudah ada di akhir semester enam, sudah selesai semua beban yang selama ini dikeluhkan. Kurang dari seminggu dari ini Fadel akan wisudah. Pas seminggu bagi Sabel untuk menunggu menjadi wisudawati, dan  10 hari lagi bagi Rose untuk wisuda.
Sekarang hari H. Dan dua hari sesudah itu mereka sudah berada di ibukota Nesia. Bersiap-siap bertemu sanak saudara. Tetapi 5 jam sebelum itu Sabel menyempatkan diri bertemu dengan orangtua Fadel.
               Seperti di sinetron tampaknya orangtua Fadel tidak setuju dan kurang suka akan Sabel. Sedih sekali bila diceritakan. Tetapi mereka tetap berjuang. Hingga akhirnya diberi keputusan bahwa orangtua Sabel lah yang harus menelfon orangtua Fadel untuk memaastikan hubungan mereka.
Di akhir minggu, sifat manusia yang tak dapa dipungkiri dapat datang kapan saja itu ‘LUPA’ yang membuat hubungan sepasang kekasih kandas begitu saja. Kakak Sabel yang telah diamanahkan untuk menelfon ternyata lupa. Tidak ada yang tahu seberapa hancur hati Sabel hingga trauma masih menghantuinya hingga kini.
                    Ia trauma untuk merajut hubungan  dengan laki-laki lagi!
***
          Setidaknya seperti itulah ringkasan cerita yang kubuat, dan alhamdulillah sudah mendapat pujian dari pembimbing yang sangat kukagumi dipelatihan itu
***
             Orang ketiga pendengar
           Semakin takut rasanya aku merajut kisah dengan laki-laki. Takut merasakan trauma seperti yang dialami oleh teman guruku. Seorang wanita yang dipikir sangat luar biasa bisa hancur berantakan hanya dikarenakan kisah cinta uang dirajutnya tidak seindah yang ia harapkan. Keteledoran serta keacuhan seseorang lah yang menghancurkan masa depan beliau. Masa depan yang diharapkan indah bersama seribu kisah bersama suami, anak dan cucu yang akan memenuhi rumahnya di masa tua.  Banyak pelajaran yang dapat diambil sebenarnya dari kisah ringkas guruku saat awal beliau menerangkan pelajaran mengenai cerita pendek berdasarkan pengalaman orang lain. Dan inilah cerita teman seperjuangan beliau yang sedang kuusahakan untuk diceritakan kembali.

0 komentar:

Posting Komentar