KILATAN
MEMORI
-AEL-
SMAN 1 PEVIT..
Sebuah sekolah yang sangat ku impikan. Walaupun
dulunya pernah ku rendahkan akan kegersangan dan kekosongannya yang kulihat
setiap 3 bulan 2 kali. Maklum aku yang dulu belum mengerti apa itu sekolah
baru, karena yang kutahu hanya tampak luar yang menarik. Mungkin karena selama
ini aku bersekolah di tempat yang bisa dibilang cukup umur. SDN 09 SERAMAI dan MTsN
PALAPA adalah salah satu sekolah tua, jadi kualitasnya memang turun temurun.
#####
Ujian Nasional sudah berakhir sekitar 5 hari
yang lalu. Aku tidak yakin akan hasilnya terutama di mata pelajaran matematika,
tapi aku sangat yakin akan nilai IPA ku. Ini berkat Mandeh,salah satu guru
favoritku.
Nama aslinya adalah Dwi Fibriyani. Beliau adalah
guru biologi yang luar biasa. Sifat keibuan yang tak pernah hilang serta
penjelasan singkat dengan metode menarik setiap pertemuan di kelas yang membuat
beliau menjadi guru favorit dan guru berhasil. Beliau sudah seperti ibuku
sendiri. Tak dapat dipungkiri aku sangat merindukannya..
Selasa pagi ini aku sudah ada janji dengan
ayahku. Beliau akan menemaniku mendaftar di SMAN 1 PALAPA, yang juga merupakan
sekolah favorit di Sumatera Barat. Sebenarnya bukan itu alasannya, tapi karena
sudah turun-temurun tamatan sekolahku akan bersekolah di sana. Seperti sebuah
adat yang tak diketahui pencipta dan latar belakang terciptanya.
Jika 3 tahun yang lalu, aku hanya ditemani
ibu, karena ayah sedang pelatihan di Bali yang selalu membuatku iri sampai
sekarang. Maka sebagai gantinya hari ini ayah yang menemaniku. Hari ini
adalah hari kedua dibukanya pendaftaran bagi siswa yang ingin menjadi siswa
unggulan yang diasramakan Smansapa,biasa
disebut orang.
Sekarang aku sudah di antrean. 269 sudah
ditanganku sebagai awal persiapan tes wawancara dan semoga itu angka
keberuntunganku. Di dalam sini sangat sesak , semua orang ingin cepat. Mereka
pasti berpikir “aku harus menyelesaikan tes hari ini juga!”. Begitu juga aku
dan ayahku. Walaupun demikian, semua orang masih menjalankan kebiasaan hidup
bebek yang antri dengan rapi.
Tes wawancara pertama..
“ what’s your name?”
“Abelya Lestari, you can call
me Elya, Sir”
“okay Elya , from whom you
know this school?”
“ everyone in my school know
about this school, Sir”
“oh ya? Where is your junior
high school, Elya?”
“ MTsN PALAPA, Sir”
Obrolan kami berlanjut, dan insyaallah berakhir
bahagia.
Di luar ayahku sudah menanti. Saat aku keluar,
senyumannya menyambut. Seolah dikomandoi, kami serentak berjalan melewati
lorong menuju tempat kedua.
Menyerahkan nomor dan duduk atau
kebanyakan orang berdiri menunggu, selalu begitu. Untung saja temanku banyak
yang mendaftar, lebih setengah dari siswa kelas IX yang jumlahnya 260. Jadi aku
ada teman bercerita dan bertukar pengalaman tes. Memang tesnya tidak harus
berurutan, yang penting semua kolom terisi dengan tanda tangan penguji. Inta,
salah satu teman sekamarku yang pelitnya subhanallah juga ikut bercerita. Dan
kali ini dia mau membagi pengalamannya, entah setan apa yang menegurnya.
Ayahku? Tenang beliau adalah tipe pribadi yang mudah beradaptasi. Lihat dia
sudah mendapatkan teman ngobrol yang seakan sudah lama dekat dan tampaknya
obrolan mereka sangat seru.
Tes keasramaan, intinya hafalanku di tes. Dan ya
Alhamdulillah. Selanjutnya tes keagamaan. Kebiasaan yang seolah menjadi ritual
tetap dijalankan, menyerahkan nomor ke kakak panitia dan menunggu, dan
lagi-lagi aku bisa menemukan teman ngobrol.
Aku dan ayah masuk ruangan. Hanya satu meja
penguji yang kosong, tak ada pilihan lain. Perkenalan seperti lazimnya,
kemudian kemampuan membaca Al-Qur’an ku di uji. Bapak itu subhanallah lembutnya. Selama ini mandeh lah orang
yang paling lembut yang kutahu. Setiap kata beliau sangat menyentuh dan tidak
bisa hilang dari ingatan.
“ daftar di Pevit ya nak, asramanya di sana
bagus.”
“iya pak, rencananya saya dan ayah saya
akan mendaftar kesana hari ini”
“bapak harap kita bisa bertemu lagi, nanti kalau
Allah belum mengizinkan ananda di asrama, daftar di reguler saja. Terus kost di
dekat sekolah , di sana bagus juga.”
Aku hanya tersenyum..
“ 3 kunci kesuksesan ya Nak, berusaha berdo’a
dan hormat kepada orangtua. Terimakasih sudah mendaftar dan kita dipertemukan
Allah. Silahkan belajar untuk tes tulis. Pelajari saja soal-soal tahun lalu.
Itu ada dijual di depan. Elya sudah beli ?”
Aku mengangguk. Salam dan pamit pulang. Aku
seolah terhipnotis akan bapak itu. Beliau berhasil membuatku sangat ingin
sekolah di sana saat itu. Perpisahan kami seolah direncakan. Saat aku berbalik
dari hadapan bapak yang namanya belum ku ketahui sama sekali, bel istirahat
berbunyi seolah soundtrack perpisahan.
#####
“udah lengkap persyaratannya nak?”
“udah yah, aman! Anakmu ini bisa diandalkan ”
seringah seorang gadis sambil menampakan giginya yang rapi tapi tidak sama
tinggi. Giginya itu seperti antara dua bukit yang di tengahnya ada lembah
sehingga langit berperan seperti gusi. Lembah itu adalah gigi serinya.
Saat ini kami telah berdiri di sekolah unggulan
pertama sumatera barat. dan menjalankan misi kedua hari ini. Mendaftar di SMAN
1 PEVIT adalah misi kami. Kali ini aku tidak perlu merepotkan ayah lagi. Aku
hanya perlu masuk, meminta formulir, mengisi memberikan kembali, memberikan
semua syarat, dan duduk menunggu. Aku hanya duduk di depan seorang wanita yang
bila ku taksirkan umurnya antara 25-30 tahun. Ibu itu terlihat kurang
ramah,mungkin karena aku belum mengenalnya pikirku berusaha menghilangkan
prasangka buruk yang tak ada gunanya.
“ini dibawa pulang saja ya.”
Aku terkejut lantas mendongak ke arah sumber
suara. Kulihat hampir semua piagamku dikembalikan, itu terlihat banyak karena
memang setiap satu piagam penghargaan rangkap 4 sesuai yang tercantum di
persyaratan pendaftaran. Aku bingung.
“kenapa buk?” tidak. Bukan itu saja yang
seharusnya aku tanyakan!
“yang menjadi juara saja yang diambil, piagam
sebagai peserta tidak perlu. Ini kartu ujiannya. Gunakan pakaian sekolah ya”
Aku ambil semua berkasku yang dikembalikan dan
pergi dengan hanya mengucapkan terimakasih tanpa sebuah senyuman. Sebagai
seorang wanita seharusnya ibu itu sadar bahwa itu hanya formalitas saja, tanpa
ada niat sedikitpun dalam hati. Aku tidak habis pikir, jika memang ada orang
yang biasa disebut orang tidak berprasaan. Tanpa rasa bersalah sedikitpun. Ku
ulangi tanpa rasa bersalah sedikitpun! Beliau mengembalikan piagam yang telah
susah payah kukumpulkan, ku fotocopy sebanyak empat rangkap yang tak kutahu apa
gunanya sebanyak itu, kususun, kuurutkan dari piagam pertama yang kudapat
sampai piagam terakhir yang kuraih 3 bulan yang lalu, kuklip agar lebih rapi
dan tidak tercecer dikembalikan dalam keadaan berserakan. Tidak hanya
berantakan kertasnya tapi perasaanku juga dibuat berantakan akan pertanyaan
‘apakah benar ini sekolah impianku selama ini?’.
#####
Kurang dari 10 menit seharusnya semua orang
berkumpul lagi. Tapi ya memang seperti yang ku bilang sebelumnya semua orang
ingin cepat. Jadi , ya biasa saja jika prinsip lebih cepat labih baik mereka
gunakan, termasuk kami.
Sekarang aku benar-benar dalam keadaan mood yang
buruk. Untuk menguranginya aku mengeluarkan gadgetku yang sukses membuat
nilaiku turun 13 tingkat saat semester V kemaren. Dengan iseng ku foto-foto
semua orang berawal dari ayahku yang sedari tadi berdiri tak mau duduk
dengan kedua tangan dilipat kedada ya ntah mengapa seperti orang berpose
dimataku. Aku tertawa karena memang benar firasatku ayah ingin di foto. Kami
pun berselfie ria.
Tak lama kemudian datang Inta, teman yang telah
kuceritakan sebelumnya. Boleh kuperjelas? Walau dia pelit dia tetap teman
terbaikku sampai saat ini,mungkin karena kamilah dua perantau cilik yag selalu
sekamar denganku selama 3 tahun terakhir. Dia lari tergopoh-gopoh kearah ku seperti
ada yang penting untuk disampaikan. Memang benar lagi perkiraan ku. Setelah
tiba ia lansung menarikku menjauh dari ayah. Itu sangat cepat sampai aku tak
tahu kenapa bisa menurut begitu saja kepadanya. Padahal biasanya dia yang
selalu ku tarik-tarik.
“ lihat kesitu,El! Lihat siapa yang datang!”
Aku tidak banyak bertanya dan langsung melihat
ke arah yang ditunjuknya. Aku melihatnya! Dia adalah..
Dan seketika bel berbunyi dan kali ini bagai
soundrack pertemuan..
#####
‘oo jadi namanya Adam Riza, kelas IX G’
Senang hatiku tidak ketulungan. Cuma karena
mengetahui nama seseorang yang selama ini ku panggil kak kuroko. Karena memang
mata kakak itu mirip sekali dengan mata tokoh anime Kuroko Tetsuya dalam film
Kuroko No Basuke walaupun sebernarnya tidak berwarna biru. Aku mulai
memperhatikannya sejak pengumuman juara saat aku kelas VII di semester I. Kakak
itu mendapat juara dua otomatis maju ke depan untuk menerima hadiah dan saat
itu tidak sengaja mata kami bertemu dan seolah morfin matanya membuatku ketagihan untuk
selalu melihatnya hingga suara Bu Lin yang menggelegar di mikrofon
mengagetkanku.
#####
Dia adalah Adam Riza. Seseorang yang masih
kukagumi hingga sekarang. Dia adalah kakak kelasku dan kami hanya bertemu
selama 1 tahun. Semuanya masih sama, matanya masih menawan dan mengandung morfin. Aku bahkan tidak sadar
kalau ayah telah mengambil nomor antrean yang kuletakkan d pangkuanku. Semua
ini karena dia orang yang matanya mengandung morfin.
Boleh kuceritakan seperti apa dia? Dia bepawakan
tinggi jika diantara temannya. Dia adalah sosok yang tidak murah senyum. Tapi ,
sekali senyum bisa dipastikan kamu meleleh apalagi jika gingsul kanannya
terlihat. Tangannya pasti dimasukkan ke dalam saku. Jika saja sekolah
membolehkan siswannya membawa handphone pasti sudah nyempil di kedua
telinganya headseat berwarna putih layaknya di
film-film. Yang membuat semua cewe terpukau. Aku tidak mengerti sampai
segitukah seorang wanita terpukau sampai ngiler dimana-mana. Sangat memalukan
derajat wanita direndahkan oleh sepasang headseat putih. Dia tipe orang pintar juga
atlet voli dan alhamdulillah kak Riza bukan seorang alayers bergonta ganti pacar. Description off.
Sekarang aku tidak sibuk mengobrol
dengan teman-temanku yang seperti mengadakan reunian dadakan karena memang 2
minggu terakhir kami jarang bertemu disebabkan kesibukkan masing-masing
mendaftar sekolah. Aku yang sejak 5 menit yang lalu sibuk modus. Aku malah
nyempil di kerumuman orang antre. Tidak, bukan untuk ikutan antre, aku bukan
tipe orang rajin seperti itu. Aku mendekat hanya untuk mendapat foto kak Riza
yang lebih jelas. Dia sangat menawan dengan seragam SMA nya. Lebih terlihat
dewasa dibanding 2 tahun yang lalu. Dia sekarang sibuk membacakan nomor antrean.
“siswa dengan nomor antrean 268 silahkan
memasuki ruangan”
Apa katanya? Nomor 268? Berarti selanjutnya
nomor? Aku baru sadar dan seketika langsung lari keluar dari kerumunan dan
mendekat ke ayah. Aku terlalu gugup.
“nomor antrean 269 silahkan memasuki ruangan”
Tidak aku pasti salah dengar,pikirku.
“nomor 269, silahlan masuk”
“iya,di sini” ayahku berteriak. Ternyata beliau
juga baru sadar kalau nomor kami terpanggil. Jangan-jangan beliau juga salut
akan mata kak Riza. Oh tidak! Dasar kau Elya anak durhaka!
Lagi-lagi aku ditarik-tarik. Ayah nampak heran.
Di tes 3 terakhir akulah yang menarik ayah, tapi kali ini. Aku tampak kacau.
“jangan lupa ambil nomor antreannya ya Elya”
ayah mengingatkan.
Aku tersenyum paksa dan pergi menuruti perintah
ayah. Kujulurkan tanganku dengan gemetaran sambil berusaha menegakkan kepala.
“kamu anak MTsN PALAPA ya? Kakak alumni di sana”
“iya kak saya tahu”
“oh ya? Siapa nama kakak coba?”
“Adam Riza kelas IX G”
“waw. Kamu tahu tentang kakak . Ya sudah Elya
silahkan masuk ke dalam ruangan dan cari saja penguji yang kosong. Semangat ya!
Semoga akan sah menjadi siswa di sini”
Aku hanya tersenyum. Hanya Allah yang tahu
bagaimana keadaan hatiku saat ini. Jika urat maluku sudah putus pasti aku sudah
koprol di tengah ini. Aku tidak menyangka kak Riza sebaik itu.
Mungkin bagi orang yang melihatku aku adalah
seorang siswa yang sangat bersemangat dan percaya diri hingga bisa tersenyum
masuk ke ruangan tes kepribadian ini.
‘ya Allah pengen diapain sih ibu tu. Ibu di tes
kepribadian yang duduk di pojok kiri itu menyebalkan!sangat menyebalkan!
Kata-katanya tajam. Tega banget sama siswa yang tidak tahu apa-apa yang imut
kaya aku’ seperti di sinetron tiba-tiba saja terngiang suara Cip saat
tadi dia mengomel tidak jelas. Seketika saat aku harus duduk di bangku itu.
Aku sangat gemetaran saat sadar aku duduk di
depan ibu yang disebut-sebut Cip tadi. Seorang ibu yang duduk di pojok kiri!
Kulihat ibu itu masih sibuk memerikasa rapor ku.
“kenapa nilainya bisa naik turun kayak gini?
Siswa unggul itu adalah siswa yang kurva nilainya naik, bukan naik turun
seperti ini”
Aku tidak tahu harus jawab apa karena memang aku
tak tahu mengapa bisa terjadi seperti itu.
“udah bosen belajar ya? Lihat nilai di semester
5 ini, turun drastis!” ntah memang intonasi ibuk itu tinggi atau aku yang dari
awal sudah terlalu berimajinasi tinggi akan kengerian beliau.
Berbagai pertanyaan mengerikan yang tak kutahu
harus kujawab apa yang kurasa ibuk itu sendiri tahu akan jawabannya. Bukan!
Bukan seharusnya tahu tapi memang tahu! Beliau adalah guru BK, yang kita
tahu adalah seseorang yang tahu akan psikologi anak walau dalam sekali lihat.
Ini adalah tes terlama dan tertajam yang aku alami hari ini. Aku hanya bisa
berusaha membela diriku. Aku ini bukan tersangka tapi juga bukan korban, aku
adalah seseorang yang tak tahu apa-apa tetapi dipaksa mengakui kesalahan yang
padahal selama ini sangat dijauhinya oleh seorang kuasa hukum demi kelancaran
sidangnya.
#####
Tes tulis SMAN 1 PEVIT dengan SMAN 1 PALAPA
berurutan. Sabtu dan minggu. Dua hari yang membuatku deg-degan lebih dari empat
hari saat UN.
Sabtu , 12 Juni 2014..
Hahaha aku tertawa melihat soal ini. 50 soal
pelajaran 150 soal TPA dan 70 soal kepribadian ini berhasil membuatku keriting.
Sangat keriting! Ditambah aku ujian di hall bukan di kelas yang hakikatnya
lebih nyaman. Semuanya berhasil membuatku patah semangat. Aku hanya
bisa pasrah dan bertawakal.
Minggu , 13 Juni 2014..
Di tempat berbeda melakukan kegiatan yang sama.
Ya tes tulis di SMANSA PADAPA. Alhamdulillah soalnya bersahabat. Dan aku sangat
bersemangat!
######
Aku masih duduk manis di sofa sambil memegang
tablet andalanku. Hari ini adalah pengumuman siswa yang lulus tes tulis di SMAN
1 PEVIT. sebenarnya aku tidak yakin akan lulus, tapi terpaksa mantengin website
sma itu. Ini untuk menyenangkan hati ayah. Sudah 2 jam aku bolak-balik ke
website itu tapi tidak pengumuman tidsa kunjung tiba.
Sampai akhirnya ada notification tanda ada berita baru. Dan engggg
semuanya menjadi lola. Tanpa pikir langsung ku raih kunci motor dan pergi ke
warnet. Jika aku sedang penasaran kerjaku bisa sangat cepat. Sampai pada
akhirnya..
“ya Allah namaku. Itu beneran namaku?” aku
histeris dan untung tidak pingsan. Langsung ku save dan print sebagai bukti.
Walaupun tidak di tingkat atas tapi alhamdulillah namaku tidak di tingkat bawah.
Aku lulus dan berarti kesempatanku lebih besar.
Kamu pasti pernah merasakan di saat kamu lelah untuk berharap,tetapi di sanalah
datang keajaiban Tuhan yang sangat luar biasa. Semangatku sangat membara begitu
juga ayah dan ibu. kami bersiap-siap untuk 3 hari lagi ke sana.
Hari ini tes wawancara dimulai. Lagi-lagi aku
bertemu teman-teman seangkatan ku yang ternyata lebih dari 40 orang yang lulus.
Aku cukup takut. Yang kulihat mereka adalah andalan sekolah. Ini adalah sekolah
impianku Tuhan aku mohon.
Aku dan Meisy,juga teman terbaikku yang
berasal dari Sijunjung pergi berkeliling. Sebenarnya dia tidak ingin sekali di
sini. Tapi mamalah yang memaksa. Sekolah tujuannya adalan SMAN 1 ADA ,dia tidak
terlalu menyukai asrama. Suasana di sini sangat berbeda dengan Smansapa , dan
yang sangat disayangkan kakak kelas tidak seramah mereka.
#####
“maaf Elya , kamu ga lulus yang diterima 60
orang , kamu nomor 100. Tapi berbanggalah. Dari 900 orang yang mendaftar kamu
nomor 113. Berarti kamu termasuk orang pilihan. Berbanggalah! Jangan bersedih. U’re the best.”
“ya Nta, terimakasih”
Aku tak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Aku
tak tahu bagaimana kecewanya ayah kepadaku. Aku tahu beliau pasti tahu akan
ini. Karena beliaulah yang paling semangat. Pasti sejak pagi beliau sudah
menelfon wali kelas juga teman-temannya ya ada di Padapa.
“hebat juga ternyata anak ayah. Rangking 113
dari 900 lebih siswa yang mendaftar. Itu luar biasa loh. Kita cari sekolah lain
saja ya, mungkin belum rezeki. Gapapa ayah ga marah.”
“iya gapapa nak. Lagian ibu juga ga sanggup
kalau kamu asrama di sana. Asramanya kan ketat sekali. Nanti kamu kurus, kan
kasian.”
“aaa ibuu L”
Aku bangga akan orangtua seperti mereka. Mereka
adalah malaikat nyataku. Yang tak pernah mengharap lebih. Hanya meminta cukup
dan jangan kurang.
I love them more than world.
#####
Lagi-lagi namaku tidak tercantum di pengumuman
itu. Ini berbeda dengan sebelumnya. Kali ini aku yang melihatnya sendiri.
Dan kali ini adalah sekolah kedua dan terakhir yang ingin ku masuki.
“ ‘Abelya Lestari’ mana sih? Ah salah orang ini
mah . masa nama aku ga ada”
Sudah lebih dari 7 kali aku
mengulangi,memeriksa, back ketik pencet lagi. Aku sudah
seperti orang awam yang baru pertama kali browsing. Aku sibuk dengan pikiranku,
jika tidak di sini dimana aku akan sekolah? Aku tak ingin sekolah di sini. Apa
kata orang setelah merantau jauh malah kembali sebelum tuntas dan sukses. Aku
tak mau Tuhan.
Harapanku untuk menjadi siswi di SMAN 1 PEVIT
punah! Seperti kata teori darwin , yang tidak bisa beradaptasi akan punah.
Aku pasrah. That’s
not my place. It will be fine.Allah know all the best for you, Elya.
#####
“ooik Elya. Elyaaa Abelyaaa! Oiik yang duduk di
sana , cuiit cewee!”
Samar-samar kudengar suara Anira yang sangat
cepreng rasanya. Dia adalah cewe yang nyinyir dan paling diem di satu keadaan.
Kadang aku berpikir dia berkepribadian ganda. Tapi ya bagaimana dia tetap teman
sekamar yang selalu ada untukku.
Hah iya aku tersadar. Aku akhirnya bersekolah di
sini sekolah kebanggaanku ‘SMAN 2 PEVIT’. Kini aku semakin yakin bahwa Allah
lah yang tahu apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Karena kadang
yang kita inginkan itu bukan yang terbaik untuk kita. Aku bahkan berpikir
lebih baik menjadi kepala kucing diantara tikus daripada menjadi seekor tikus
diantara kucing. Sangat bahagia rasanya menjadi angkatan pertama di sekolah
yang baru lahir saja sudah diberi sebuah mahkota. Tapi aku masih berharap ada
seseorang bermata Kuroko Tetsuya di sini..
Aku sekarang sedang berjalan gontai menuju
kelasku,tidak tahan akan teriakan Anira. Kelas X2 , kelas keluarga baruku
berdiri kokoh di seberang taman ini. Semua rentetan cerita ketidak berdayaanku
sebagai calon tikus diantara kucing, bagai kilatan memori yang menyambar semua
alih otak dan tanganku untuk mensejarahkannya. Dan inilah semua kilatan memori
itu.