Kamis, 30 November 2017

#1 CERPEN

KILATAN MEMORI
-AEL-

SMAN 1 PEVIT..
Sebuah sekolah yang sangat ku impikan. Walaupun dulunya pernah ku rendahkan akan kegersangan dan kekosongannya yang kulihat setiap 3 bulan 2 kali. Maklum aku yang dulu belum mengerti apa itu sekolah baru, karena yang kutahu hanya tampak luar yang menarik. Mungkin karena selama ini aku bersekolah di tempat yang bisa dibilang cukup umur. SDN 09 SERAMAI dan MTsN PALAPA adalah salah satu sekolah tua, jadi kualitasnya memang turun temurun.
#####
Ujian Nasional sudah berakhir sekitar 5 hari yang lalu. Aku tidak yakin akan hasilnya terutama di mata pelajaran matematika, tapi aku sangat yakin akan nilai IPA ku. Ini berkat Mandeh,salah satu guru favoritku.
Nama aslinya adalah Dwi Fibriyani. Beliau adalah guru biologi yang luar biasa. Sifat keibuan yang tak pernah hilang serta penjelasan singkat dengan metode menarik setiap pertemuan di kelas yang membuat beliau menjadi guru favorit dan guru berhasil. Beliau sudah seperti ibuku sendiri. Tak dapat dipungkiri aku sangat merindukannya..
Selasa pagi ini aku sudah ada janji dengan ayahku. Beliau akan menemaniku mendaftar di SMAN 1 PALAPA, yang juga merupakan sekolah favorit di Sumatera Barat. Sebenarnya bukan itu alasannya, tapi karena sudah turun-temurun tamatan sekolahku akan bersekolah di sana. Seperti sebuah adat yang tak diketahui pencipta dan latar belakang terciptanya.
 Jika 3 tahun yang lalu, aku hanya ditemani ibu, karena ayah sedang pelatihan di Bali yang selalu membuatku iri sampai sekarang. Maka sebagai gantinya hari ini ayah yang menemaniku.  Hari ini adalah hari kedua dibukanya pendaftaran bagi siswa yang ingin menjadi siswa unggulan yang diasramakan Smansapa,biasa disebut orang.
Sekarang aku sudah di antrean. 269 sudah ditanganku sebagai awal persiapan tes wawancara dan semoga itu angka keberuntunganku. Di dalam sini sangat sesak , semua orang ingin cepat. Mereka pasti berpikir “aku harus menyelesaikan tes hari ini juga!”. Begitu juga aku dan ayahku. Walaupun demikian, semua orang masih menjalankan kebiasaan hidup bebek yang antri dengan rapi.
Tes wawancara pertama..
“ what’s your name?”
“Abelya Lestari, you can call me Elya, Sir”
“okay Elya , from whom you know this school?”
“ everyone in my school know about this school, Sir”
“oh ya? Where is your junior high school, Elya?”
“ MTsN PALAPA, Sir
Obrolan kami berlanjut, dan insyaallah berakhir bahagia.
Di luar ayahku sudah menanti. Saat aku keluar, senyumannya menyambut. Seolah dikomandoi, kami serentak berjalan melewati lorong menuju tempat kedua.
 Menyerahkan nomor dan duduk atau kebanyakan orang berdiri menunggu, selalu begitu. Untung saja temanku banyak yang mendaftar, lebih setengah dari siswa kelas IX yang jumlahnya 260. Jadi aku ada teman bercerita dan bertukar pengalaman tes. Memang tesnya tidak harus berurutan, yang penting semua kolom terisi dengan tanda tangan penguji. Inta, salah satu teman sekamarku yang pelitnya subhanallah juga ikut bercerita. Dan kali ini dia mau membagi pengalamannya, entah setan apa yang menegurnya. Ayahku? Tenang beliau adalah tipe pribadi yang mudah beradaptasi. Lihat dia sudah mendapatkan teman ngobrol yang seakan sudah lama dekat dan tampaknya obrolan mereka sangat seru.
Tes keasramaan, intinya hafalanku di tes. Dan ya Alhamdulillah. Selanjutnya tes keagamaan. Kebiasaan yang seolah menjadi ritual tetap dijalankan, menyerahkan nomor ke kakak panitia dan menunggu, dan lagi-lagi aku bisa menemukan teman ngobrol.
Aku dan ayah masuk ruangan. Hanya satu meja penguji yang kosong, tak ada pilihan lain. Perkenalan seperti lazimnya, kemudian kemampuan membaca Al-Qur’an ku di uji. Bapak itu subhanallah lembutnya. Selama ini mandeh lah orang yang paling lembut yang kutahu. Setiap kata beliau sangat menyentuh dan tidak bisa hilang dari ingatan.
“ daftar di Pevit ya nak, asramanya di sana bagus.”
“iya pak,  rencananya saya dan ayah saya akan mendaftar kesana hari ini”
“bapak harap kita bisa bertemu lagi, nanti kalau Allah belum mengizinkan ananda di asrama, daftar di reguler saja. Terus kost di dekat sekolah , di sana bagus juga.”
Aku hanya tersenyum..
“ 3 kunci kesuksesan ya Nak, berusaha berdo’a dan hormat kepada orangtua. Terimakasih sudah mendaftar dan kita dipertemukan Allah. Silahkan belajar untuk tes tulis. Pelajari saja soal-soal tahun lalu. Itu ada dijual di depan. Elya sudah beli ?”
Aku mengangguk. Salam dan pamit pulang. Aku seolah terhipnotis akan bapak itu. Beliau berhasil membuatku sangat ingin sekolah di sana saat itu. Perpisahan kami seolah direncakan. Saat aku berbalik dari hadapan bapak yang namanya belum ku ketahui sama sekali, bel istirahat berbunyi seolah soundtrack perpisahan.
#####
“udah lengkap persyaratannya nak?”
“udah yah, aman! Anakmu ini bisa diandalkan ” seringah seorang gadis sambil menampakan giginya yang rapi tapi tidak sama tinggi. Giginya itu seperti antara dua bukit yang di tengahnya ada lembah sehingga langit berperan seperti gusi. Lembah itu adalah gigi serinya.
Saat ini kami telah berdiri di sekolah unggulan pertama sumatera barat. dan menjalankan misi kedua hari ini. Mendaftar di SMAN 1 PEVIT adalah misi kami. Kali ini aku tidak perlu merepotkan ayah lagi. Aku hanya perlu masuk, meminta formulir, mengisi memberikan kembali, memberikan semua syarat, dan duduk menunggu. Aku hanya duduk di depan seorang wanita yang bila ku taksirkan umurnya antara 25-30 tahun. Ibu itu terlihat kurang ramah,mungkin karena aku belum mengenalnya pikirku berusaha menghilangkan prasangka buruk yang tak ada gunanya.
“ini dibawa pulang saja ya.”
Aku terkejut lantas mendongak ke arah sumber suara. Kulihat hampir semua piagamku dikembalikan, itu terlihat banyak karena memang setiap satu piagam penghargaan rangkap 4 sesuai yang tercantum di persyaratan pendaftaran. Aku bingung.
“kenapa buk?” tidak. Bukan itu saja yang seharusnya aku tanyakan!
“yang menjadi juara saja yang diambil, piagam sebagai peserta tidak perlu. Ini kartu ujiannya. Gunakan pakaian sekolah ya”
Aku ambil semua berkasku yang dikembalikan dan pergi dengan hanya mengucapkan terimakasih tanpa sebuah senyuman. Sebagai seorang wanita seharusnya ibu itu sadar bahwa itu hanya formalitas saja, tanpa ada niat sedikitpun dalam hati. Aku tidak habis pikir, jika memang ada orang yang biasa disebut orang tidak berprasaan. Tanpa rasa bersalah sedikitpun. Ku ulangi tanpa rasa bersalah sedikitpun! Beliau mengembalikan piagam yang telah susah payah kukumpulkan, ku fotocopy sebanyak empat rangkap yang tak kutahu apa gunanya sebanyak itu, kususun, kuurutkan dari piagam pertama yang kudapat sampai piagam terakhir yang kuraih 3 bulan yang lalu, kuklip agar lebih rapi dan tidak tercecer dikembalikan dalam keadaan berserakan. Tidak hanya berantakan kertasnya tapi perasaanku juga dibuat berantakan akan pertanyaan ‘apakah benar ini sekolah impianku selama ini?’.
#####
Kurang dari 10 menit seharusnya semua orang berkumpul lagi. Tapi ya memang seperti yang ku bilang sebelumnya semua orang ingin cepat. Jadi , ya biasa saja jika prinsip lebih cepat labih baik mereka gunakan, termasuk kami.
Sekarang aku benar-benar dalam keadaan mood yang buruk. Untuk menguranginya aku mengeluarkan gadgetku yang sukses membuat nilaiku turun 13 tingkat saat semester V kemaren. Dengan iseng ku foto-foto semua orang berawal dari ayahku yang sedari tadi berdiri tak mau duduk  dengan kedua tangan dilipat kedada ya ntah mengapa seperti orang berpose dimataku. Aku tertawa karena memang benar firasatku ayah ingin di foto. Kami pun berselfie ria.
Tak lama kemudian datang Inta, teman yang telah kuceritakan sebelumnya. Boleh kuperjelas? Walau dia pelit dia tetap teman terbaikku sampai saat ini,mungkin karena kamilah dua perantau cilik yag selalu sekamar denganku selama 3 tahun terakhir. Dia lari tergopoh-gopoh kearah ku seperti ada yang penting untuk disampaikan. Memang benar lagi perkiraan ku. Setelah tiba ia lansung menarikku menjauh dari ayah. Itu sangat cepat sampai aku tak tahu kenapa bisa menurut begitu saja kepadanya. Padahal biasanya dia yang selalu ku tarik-tarik.
“ lihat kesitu,El! Lihat siapa yang datang!”
Aku tidak banyak bertanya dan langsung melihat ke arah yang ditunjuknya. Aku melihatnya! Dia adalah..
Dan seketika bel berbunyi dan kali ini bagai soundrack pertemuan..
#####
‘oo jadi namanya Adam Riza, kelas IX G’
Senang hatiku tidak ketulungan. Cuma karena mengetahui nama seseorang yang selama ini ku panggil kak kuroko. Karena memang mata kakak itu mirip sekali dengan mata tokoh anime Kuroko Tetsuya dalam film Kuroko No Basuke walaupun sebernarnya tidak berwarna biru. Aku mulai memperhatikannya sejak pengumuman juara saat aku kelas VII di semester I. Kakak itu mendapat juara dua otomatis maju ke depan untuk menerima hadiah dan saat itu tidak sengaja mata kami bertemu dan seolah morfin matanya membuatku ketagihan untuk selalu melihatnya hingga suara Bu Lin yang menggelegar di mikrofon mengagetkanku.
#####
Dia adalah Adam Riza. Seseorang yang masih kukagumi hingga sekarang. Dia adalah kakak kelasku dan kami hanya bertemu selama 1 tahun. Semuanya masih sama, matanya masih menawan dan mengandung morfin. Aku bahkan tidak sadar kalau ayah telah mengambil nomor antrean yang kuletakkan d pangkuanku. Semua ini karena dia orang yang matanya mengandung morfin.
Boleh kuceritakan seperti apa dia? Dia bepawakan tinggi jika diantara temannya. Dia adalah sosok yang tidak murah senyum. Tapi , sekali senyum bisa dipastikan kamu meleleh apalagi jika gingsul kanannya terlihat. Tangannya pasti dimasukkan ke dalam saku. Jika saja sekolah membolehkan siswannya membawa handphone pasti sudah nyempil di kedua telinganya headseat berwarna putih layaknya di film-film. Yang membuat semua cewe terpukau. Aku tidak mengerti sampai segitukah seorang wanita terpukau sampai ngiler dimana-mana. Sangat memalukan derajat wanita direndahkan oleh sepasang headseat putih. Dia tipe orang pintar juga atlet voli dan alhamdulillah kak Riza bukan seorang alayers bergonta ganti pacar. Description off.
  Sekarang aku tidak sibuk mengobrol dengan teman-temanku yang seperti mengadakan reunian dadakan karena memang 2 minggu terakhir kami jarang bertemu disebabkan kesibukkan masing-masing mendaftar sekolah. Aku yang sejak 5 menit yang lalu sibuk modus. Aku malah nyempil di kerumuman orang antre. Tidak, bukan untuk ikutan antre, aku bukan tipe orang rajin seperti itu. Aku mendekat hanya untuk mendapat foto kak Riza yang lebih jelas. Dia sangat menawan dengan seragam SMA nya. Lebih terlihat dewasa dibanding 2 tahun yang lalu. Dia sekarang sibuk membacakan nomor antrean.
“siswa dengan nomor antrean 268 silahkan memasuki ruangan”
Apa katanya? Nomor 268? Berarti selanjutnya nomor? Aku baru sadar dan seketika langsung lari keluar dari kerumunan dan mendekat ke ayah. Aku terlalu gugup.
“nomor antrean 269 silahkan memasuki ruangan”
Tidak aku pasti salah dengar,pikirku.
“nomor 269, silahlan masuk”
“iya,di sini” ayahku berteriak. Ternyata beliau juga baru sadar kalau nomor kami terpanggil. Jangan-jangan beliau juga salut akan mata kak Riza. Oh tidak! Dasar kau Elya anak durhaka!
Lagi-lagi aku ditarik-tarik. Ayah nampak heran. Di tes 3 terakhir akulah yang menarik ayah, tapi kali ini. Aku tampak kacau.
“jangan lupa ambil nomor antreannya ya Elya” ayah mengingatkan.
Aku tersenyum paksa dan pergi menuruti perintah ayah. Kujulurkan tanganku dengan gemetaran sambil berusaha menegakkan kepala.
“kamu anak MTsN PALAPA ya? Kakak alumni di sana”
“iya kak saya tahu”
“oh ya? Siapa nama kakak coba?”
“Adam Riza kelas IX G”
“waw. Kamu tahu tentang kakak . Ya sudah Elya silahkan masuk ke dalam ruangan dan cari saja penguji yang kosong. Semangat ya! Semoga akan sah menjadi siswa di sini”
Aku hanya tersenyum. Hanya Allah yang tahu bagaimana keadaan hatiku saat ini. Jika urat maluku sudah putus pasti aku sudah koprol di tengah ini. Aku tidak menyangka kak Riza sebaik itu.
Mungkin bagi orang yang melihatku aku adalah seorang siswa yang sangat bersemangat dan percaya diri hingga bisa tersenyum masuk ke ruangan tes kepribadian ini.
‘ya Allah pengen diapain sih ibu tu. Ibu di tes kepribadian yang duduk di pojok kiri itu menyebalkan!sangat menyebalkan! Kata-katanya tajam. Tega banget sama siswa yang tidak tahu apa-apa yang imut kaya aku’  seperti di sinetron tiba-tiba saja terngiang suara Cip saat tadi dia mengomel tidak jelas. Seketika saat aku harus duduk di bangku itu.
Aku sangat gemetaran saat sadar aku duduk di depan ibu yang disebut-sebut Cip tadi. Seorang ibu yang duduk di pojok kiri! Kulihat ibu itu masih sibuk memerikasa rapor ku.
“kenapa nilainya bisa naik turun kayak gini? Siswa unggul itu adalah siswa yang kurva nilainya naik, bukan naik turun seperti ini”
Aku tidak tahu harus jawab apa karena memang aku tak tahu mengapa bisa terjadi seperti itu.
“udah bosen belajar ya? Lihat nilai di semester 5 ini, turun drastis!” ntah memang intonasi ibuk itu tinggi atau aku yang dari awal sudah terlalu berimajinasi tinggi akan kengerian beliau.
Berbagai pertanyaan mengerikan yang tak kutahu harus kujawab apa yang kurasa ibuk itu sendiri tahu akan jawabannya. Bukan! Bukan seharusnya tahu tapi memang tahu! Beliau adalah guru BK,  yang kita tahu adalah seseorang yang tahu akan psikologi anak walau dalam sekali lihat. Ini adalah tes terlama dan tertajam yang aku alami hari ini. Aku hanya bisa berusaha membela diriku. Aku ini bukan tersangka tapi juga bukan korban, aku adalah seseorang yang tak tahu apa-apa tetapi dipaksa mengakui kesalahan yang padahal selama ini sangat dijauhinya oleh seorang kuasa hukum demi kelancaran sidangnya.
#####
Tes tulis SMAN 1 PEVIT dengan SMAN 1 PALAPA berurutan. Sabtu dan minggu. Dua hari yang membuatku deg-degan lebih dari empat hari saat UN.
Sabtu , 12 Juni 2014..
Hahaha aku tertawa melihat soal ini. 50 soal pelajaran 150 soal TPA dan 70 soal kepribadian ini berhasil membuatku keriting. Sangat keriting! Ditambah aku ujian di hall bukan di kelas yang hakikatnya lebih nyaman.  Semuanya  berhasil membuatku patah semangat. Aku hanya bisa pasrah dan bertawakal.
Minggu , 13 Juni 2014..
Di tempat berbeda melakukan kegiatan yang sama. Ya tes tulis di SMANSA PADAPA. Alhamdulillah soalnya bersahabat. Dan aku sangat bersemangat!
######
Aku masih duduk manis di sofa sambil memegang tablet andalanku. Hari ini adalah pengumuman siswa yang lulus tes tulis di SMAN 1 PEVIT. sebenarnya aku tidak yakin akan lulus, tapi terpaksa mantengin website sma itu. Ini untuk menyenangkan hati ayah. Sudah 2 jam aku bolak-balik ke website itu tapi tidak pengumuman tidsa kunjung tiba.
Sampai akhirnya ada notification tanda ada berita baru. Dan engggg semuanya menjadi lola. Tanpa pikir langsung ku raih kunci motor dan pergi ke warnet. Jika aku sedang penasaran kerjaku bisa sangat cepat. Sampai pada akhirnya..
“ya Allah namaku. Itu beneran namaku?” aku histeris dan untung tidak pingsan. Langsung ku save dan print sebagai bukti. Walaupun tidak di tingkat atas tapi alhamdulillah namaku tidak di tingkat bawah.
Aku lulus dan berarti kesempatanku lebih besar. Kamu pasti pernah merasakan di saat kamu lelah untuk berharap,tetapi di sanalah datang keajaiban Tuhan yang sangat luar biasa. Semangatku sangat membara begitu juga ayah dan ibu. kami bersiap-siap untuk 3 hari lagi ke sana.
Hari ini tes wawancara dimulai. Lagi-lagi aku bertemu teman-teman seangkatan ku yang ternyata lebih dari 40 orang yang lulus. Aku cukup takut. Yang kulihat mereka adalah andalan sekolah. Ini adalah sekolah impianku Tuhan aku mohon.
 Aku dan Meisy,juga teman terbaikku yang berasal dari Sijunjung pergi berkeliling. Sebenarnya dia tidak ingin sekali di sini. Tapi mamalah yang memaksa. Sekolah tujuannya adalan SMAN 1 ADA ,dia tidak terlalu menyukai asrama. Suasana di sini sangat berbeda dengan Smansapa , dan yang sangat disayangkan kakak kelas tidak seramah mereka.
#####
“maaf Elya , kamu ga lulus yang diterima 60 orang , kamu nomor 100. Tapi berbanggalah. Dari 900 orang yang mendaftar kamu nomor 113. Berarti kamu termasuk orang pilihan. Berbanggalah! Jangan bersedih. U’re the best.”
“ya Nta, terimakasih”
Aku tak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Aku tak tahu bagaimana kecewanya ayah kepadaku. Aku tahu beliau pasti tahu akan ini. Karena beliaulah yang paling semangat. Pasti sejak pagi beliau sudah menelfon wali kelas juga teman-temannya ya ada di Padapa.
“hebat juga ternyata anak ayah. Rangking 113 dari 900 lebih siswa yang mendaftar. Itu luar biasa loh. Kita cari sekolah lain saja ya, mungkin belum rezeki. Gapapa ayah ga marah.”
“iya gapapa nak. Lagian ibu juga ga sanggup kalau kamu asrama di sana. Asramanya kan ketat sekali. Nanti kamu kurus, kan kasian.”
“aaa ibuu L
Aku bangga akan orangtua seperti mereka. Mereka adalah malaikat nyataku. Yang tak pernah mengharap lebih. Hanya meminta cukup dan jangan kurang.
I love them more than world.
#####
Lagi-lagi namaku tidak tercantum di pengumuman itu. Ini berbeda  dengan sebelumnya. Kali ini aku yang melihatnya sendiri. Dan kali ini adalah sekolah kedua dan terakhir yang ingin ku masuki.
“ ‘Abelya Lestari’ mana sih? Ah salah orang ini mah . masa nama aku ga ada”
Sudah lebih dari 7 kali aku mengulangi,memeriksa, back ketik pencet lagi. Aku sudah seperti orang awam yang baru pertama kali browsing. Aku sibuk dengan pikiranku, jika tidak di sini dimana aku akan sekolah? Aku tak ingin sekolah di sini. Apa kata orang setelah merantau jauh malah kembali sebelum tuntas dan sukses. Aku tak mau Tuhan.
Harapanku untuk menjadi siswi di SMAN 1 PEVIT punah! Seperti kata teori darwin , yang tidak bisa beradaptasi akan punah.
Aku pasrah. That’s not my place. It will be fine.Allah know all the best for you, Elya.
#####
“ooik Elya. Elyaaa Abelyaaa! Oiik yang duduk di sana , cuiit cewee!”
Samar-samar kudengar suara Anira yang sangat cepreng rasanya. Dia adalah cewe yang nyinyir dan paling diem di satu keadaan. Kadang aku berpikir dia berkepribadian ganda. Tapi ya bagaimana dia tetap teman sekamar yang selalu ada untukku.
Hah iya aku tersadar. Aku akhirnya bersekolah di sini sekolah kebanggaanku ‘SMAN 2 PEVIT’. Kini aku semakin yakin bahwa Allah lah yang tahu apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Karena kadang yang kita inginkan itu bukan yang terbaik untuk kita.  Aku bahkan berpikir lebih baik menjadi kepala kucing diantara tikus daripada menjadi seekor tikus diantara kucing. Sangat bahagia rasanya menjadi angkatan pertama di sekolah yang baru lahir saja sudah diberi sebuah mahkota. Tapi aku masih berharap ada seseorang bermata Kuroko Tetsuya di sini..

Aku sekarang sedang berjalan gontai menuju kelasku,tidak tahan akan teriakan Anira. Kelas X2 , kelas keluarga baruku berdiri kokoh di seberang taman ini. Semua rentetan cerita ketidak berdayaanku sebagai calon tikus diantara kucing, bagai kilatan memori yang menyambar semua alih otak dan tanganku untuk mensejarahkannya. Dan inilah semua kilatan memori itu.