Sekalian Malu?
-AEL-
Menurutku,taman
kanak-kanak adalah masa yang paling sepele. Karena ke-sepele-an itu hampir semua
kejadian yang ingin dilupakan, tanpa sengaja masih tersimpan rapi di rumah
pikiran. Itulah kenangan. Semanis dan sepahit apapun kenangan, jika itu memang
benar adanya akan dengan sendirinya bersandar di ruang-ruang rumah pikiranmu.
Masa
kanak-kanak ku sudah bahagia, menurutku. Aku sudah pernah mengadu ke guruku
kalau teman sebangku ku poop di celana. Aku sudah pernah pura-pura sakit
agar ayah membelikanku satu set permaianan masak-masakan terbaru. Aku sudah
pernah menghabiskan lollipop yang besar dalam waktu 10 menit, bermain
petak umpet tanpa pernah jaga, menang lomba makan kerupuk, pacu kelereng, dan
menjunjung botol. Aku juga sudah pernah suka ke laki-laki di masa itu, tanda
aku perempuan. Dan hingga sekarang aku masih suka kepadanya. Bahkan kalau boleh
dibilang aku sudah mulai jatuh cinta.
Bagaimana masa
kanak-kanakmu?
***
Sabtu,27
Agustus 2020.
“Ini
harimu,Nan!” pekikku sambil bercermin
Tiba-tiba smartphone
ku bergetar,tanda ada panggilan. Sigap aku mengangkatnya.
“Halo.”
“Halo,Ananta. Listen
to me,please. Gapapa kalau kamu duluan berangkatnya? Mama ngotot
pengen di antarin ke rumah Paman Ucup,nih.”
“OK”
“Are u sure?”
“Iya bawel!
Buruan matiin sebelum aku berubah pikiran. Satuu....”
“Iyaa! Tunggu
aku di sana. Bye!”
“Hm”
Telepon
terputus.
“Untung lagi mood
ya, kalau ga? Udah aku ekstraks tuh
laki!”
***
Terlihat baliho
besar di depan TK Dahlia “REUNI ANGKATAN 17 dengan tema Ingatkah Masa Pelangimu?”.
Kini jam sudah menunjukkan pukul 09:15 WIB. Tapi, baru beberapa orang yang
hadir. Padahal acara akan dilaksanakan lima belas menit lagi. Tampak muka-muka
baru yang asing,walau sebenarnya itu adalah muka lama yang sudah dipermak,
diperbaharui, dan dipercantik sehingga lebih apik untuk dilihat.
“ Ih Ila, tirus
banget muka kamu sekarang. Diet ekstra ya?”
“ Ga kok. Maklum
aja kali. Anak kuliahan! Tugas nya beuh! Ngeri euy. Payah buat
nyisipin waktu makan”
“ Lah aku? Kaya
gini mulu”
“ Hahaha
syukuri aja kali,Neng. Takdir!”
Sedangkan di
pojok sana. Segerombolan anak-anak laki juga bergerombol membentuk formasi wenak
untuk cerita.
“ Men!”
“ Eh,Bro!”
“ Makin cakep
aja lo”
“Iya dong.
Emang lo, kek itu mulu”
“Sial lu man!”
“Hoi, Bro!”
sambar seseorang yang baru datang.
“Eh, itu kandungan
lo ke mana? Kapan ngelahirin? Kenapa ga ngabar-ngabar oik?”
“Hahahaha”
“Wes, santai man!
Gue nge-gym ekstra nih buat kayak gini. Tunggu aja bentar lagi
kelepek-kelepek dah lo!”
***
Kuayunkan kakiku ke tempat yang hampir 10
tahun ini tidak ku kunjungi. Memang ada pembangunan baru di sekitar sini. Tapi
inti dari sekolah ini masih sama. Masih kanak-kanak. Pohon jambu di samping
pagar, ah dulu aku sering ada di sana saat itu berbuah. Penjual cemilan di
samping pagar, plang nama sekolah, rumput hijau di sepanjang jalan, ayunan,
jungkat jungkit, seluncuran, bola putar, semuanya masih di tempatnya. Hanya
warna cat dari masing-masing itu yang baru. Ayunan yang dulu warna merah
sekarang warna biru dongker. Seluncuran yang dulu hijau tua sekarang menjadi hijau
tosca. Dulu, warna dongker ataupun hijau tosca belum ada. Sekarang di zaman
ini, semua berkembang. Warna saja, harus ada embel-embel di belakangnya. Hijau
tosca, biru dongker, merah maroon, hijau daun, biru laut, merah darah,
kuning langsat. Ah sudahlah! Ini tidak akan selesai jika kamu mencoba
menyebutkannya.
Sekarang, aku
sudah masuk ke dalam gerbang. Dari sini saja aku sudah bisa melihat orang-orang
yang dulu seperjuangan denganku. Tapi, aku ragu. Itukah mereka?
“ Kok grogi
gini ya? ”
“ Eh itu serius Ila? Langsing gitu.”
“ Itu Kyuri?
Imut banget”
“ Eh Cicak kok
gendutan sih? Seneng banget kuliah kayaknya dia”
“ Ijit kok
segitu-gitu aja tingginya?”
“ Itu Minza?
Uiii dewasa style-nya”
“ Ih si Nanda,
tambah lekong aja. Jibang .”
Aku tidak
mengoceh sendiri. Aku mengoceh dengan bayangan.
Aku cukup kaget
melihat perubahan mereka. Hampir semua teman-temanku mengganti style nya
dalam berpakaian. Menurut perkiraan ku sekarang mereka masih pada semester
akhir, sama sepertiku. Atau ada yang sudah lulus. Atau ada yang sudah menikah,
pernikahan dini gitu. Padahal pernikahan dini itu ga baik kan ya? Apalagi buat
kami yang masih labil.
Sambil berjalan
aku masih berharap ada seseorang yang menyapaku duluan. Kan malu kalau datang
ke acara reunian tapi ga ada satupun teman yang mau mencoba menyapa tanda
kenal, atau setidaknya tanda mencoba mengingat kenalan. Kamu pernah ngerasain
ga sih yang kaya gini?
“ Kepada
seluruh teman-teman angkatan 17, silahkan berkumpul di aula pertunjukkan ” pengumuman
dari seseorang.
Semua orang
berbondong-bondong menuju aula, begitu juga aku. Tapi masih sama, aku masih
berjalan sendiri. Aku pun mengeluarkan smartphone, mengirimkan pesan ke
seseorang.
‘
Jer, acara mau dimulai, kapan kamu dateng?’
Send.
Sekarang aku
sudah duduk di barisan ke-empat, masih sendiri. Namun tiba-tiba ada seseorang
yang menyentuh bahuku.
“ Ananta?”
“ Ya.”
“ Kamu beneran
Ananta? Ya ampun, cantik banget sekarang. Aku hampir ga ngenalin kamu. Aku kira
ada orang nyasar ke acara ini. Kamu ingat aku? Cewe yang selalu duduk di
depan?”
“ Cewe yang
selalu duduk di depan? Naziha ya?”
“ 100!”
“ Ya ampun,
udah berapa tahun kita ga ketemu? Sudah 15 tahun bukan? Kamu bukannya pindah ke
Riau?”
“ Iya, ini
mumpung liburan. Nunggu wisuda. Eh kamu gimana kuliahnya?”
“ Oh iya, ini
aku lagi pulang buat persiapan coas.”
“ Ciee, calon
dokter. Bukannya kamu pengen jadi aktris ya?”
“ Ya, ga lagi
sejak aku, ditipu kalian. Kesel kenapa aku se-oon itu dulu”
“ Hahaha. Masih
dendam aja,Uni!”
“ Iya, hampir
gila aku mikirin kalau aku beneran hamil waktu itu.”
“ Hahahaha, waktu
itu aku cuma ikut-ikutan loh”
“ Ikut ketawa!”
Acara
dimulai...
Pembukaan oleh
MC, sambutan dari ketua angkatan. Ketua angkatan 17 adalah Arival Jefri,
seorang laki-laki yang wui ganteng sekarang, berperawakan tinggi dengan kumis
tipis. Emang dia ganteng dari dulu. Berbeda dengan Devri Genta, dulu dia itu
pendek,item,dekil, suka poop di celana, aneh, hidup lagi. Sekarang dia beda.
Gayanya layak seorang hacker+dukun, dia mengenakan semua pakaian serba
hitam. Seram. Lalu, sambutan dari guru TK kami yang mungkin sekarang sudah
pensiun, Bu Atin. Beliau lebih kurus sekarang, mungkin karena penyakit Diabetes
Mellitus yang dideritanya. Tapi, wajah keibuan pembawa senang tak pernah
luntur dari muka yang kini sudah keriput itu.
Acara formal
habis. MC diganti oleh Presenter. Acara yang sebelumnya kaku berubah menjadi relax.
Diawali dengan nyanyian Hafan Anshari, tak ada yang berubah darinya, paras
kanak-kanak nya masih ada, terakhir kali aku bertemu dengannya 1 tahun yang
lalu, saat dia kerja part time di suatu cafe di Kota. Lalu tarian daerah
dari Gitra Zaslawiyuka, dia makin lenggok. Puisi dari Nikma Raina, dia memang
anak sastra sejati. Tak ada yang kumengerti dari puisinya. Balas pantun dari
Reza dan Nanda. Eh kenapa suara Reza masih cempreng? By The Way, ini
sangat menyenangkan! Sangat! Jika kamu tidak percaya, rasakan sendiri bagaimana
hangatnya acara reuni itu, apalagi reuni masa kanak-kanakmu.
Hingga akhirnya
muncul cuplikan video dokumenter...
***
Sabtu,
25 Februari 2004.
“Ananta,
kamu jadi pemeran perempuannya ya?”
“Iya
bu”
“Jerry,
kamu jadi pemeran laki-lakinya ya?”
“Iya
bu guru”
Aku
senang. Jerry akan menjadi lawan mainku. Dia itu lucu. Giginya yang berlebih
itu membuat mukannya tampak gembung. Dia sering bingung. Dan itu sangat imut.
Dia itu lola, tapi sangat menggemaskan. Tidak tinggi, tidak gendut, tidak
pintar, tidak pandai menyanyi, bahkan tidak hafal gerakan senam yang biasa
dilakukan Setiap Sabtu. Tapi tak tahu kenapa aku sangat senang melihatnya. Apalagi melihat matanya.
Tapi,
ternyata dia pandai memainkan peran. Terbukti dari tadi bu guru tidak ada
mengomentarinya. Bu Atin hanya bersorak-sorak karena Nanda yang jadi bunga
malah bergerak-gerak sendiri, si Abud yang jadi pohon malah tiduran. Si Reza
yang jadi kambing malah berjalan tegak atau Salmen yang jadi Pak peternak malah
tidur terus.
“Ayo
kita istirahat!” ucap bu Guru.
“
Ah lelahnyaaa” hampir semua
teman-temanku mengeluh.
Aku
langsung melihat ke arah Jerry. Dia memang berbeda. Dari semua anak laki-laki
yang berperan hanya dia yang tidak mengeluh. Tapi, mungkin dialah yang paling
lelah. Kulihat air di botolnya yang langsung habis dalam sekali minum. Aku juga
lelah, sangat lelah. Hingga..
“
Huaah, ternyata aku ketiduran”
Kulihat
ke sekitar, sudah sepi. Hanya ada tumpukan tas di sampingku.
“Huuuaaah”
Tidak!
Ada seseorang di sampingku. Kulihat kesamping pelan-pelan. Sangat pelan. Dia
pakai celana! Berarti laki-laki. Itu warna seragam sekolahku. Berarti dia anak
TK. Sekarang dia sudah duduk. Dan...
Kami berdua
sama-sama lari ke arah yang berlawanan tanpa suara sedikitpun.
Senin,
27 Februari 2004.
Saat
jam istirahat, kami semua ada di kantin. Terdengar Reza dan teman-temannya
sedang mengolok-olok Jerry karena kejadian kemarin Sabtu.
“
Selamat Jerry! Kamu akan menjadi seorang ayah”
“
Mana mungkin”
“
Kenapa tidak mungkin? Kamu sudah tidur dengan Ananta kemarin! Ananta pasti
sudah hamil”
“
Hahaha, Jerry akan jadi ayah”
“Jerry
akan jadi ayah, Jerry akan jadi ayah, Jerry akan jadi ayah”
Jerry
melirikku.
Aku
meliriknya.
Kami
saling melirik.
Pulang
sekolah saat menunggu bis sekolah. Jerry mengajakku bicara.
“
Apa mungkin kamu hamil,Nan?”
“
Aku rasa iya, kata majalah Mama yang
kubaca, apabila laki-laki dan perempuan tidur bersama, yang perempuan bisa
hamil”
“
Iya sih, kalau di tivi juga seperti itu. Tapi kenapa kita bisa tidur bersama?”
“
Aku tidak tahu”
“
Ya sudah, aku akan bertanggung jawab. Apa aku harus menjadi Ayah sekarang?”
“Tentu”
“Aku akan
menjadi ayah yang baik untuk anak kita. Kamu jangan khawatir Ananta.”
“
Ya Jerry.”
Tet
tet tet
“Bis
sudah tiba. Ayoo”
Setiba
di rumah, ku buka lagi majalah Mama kemarin. Kali ini aku lebih
memperhatikannya. Memang benar di sana tertulis jika laki-laki dan perempuan
tidur bersama, si perempuan akan hamil. Berarti aku hamil. Di lembaran
berikutnya, ada cara untuk merawat kehamilan. Yaitu, memakan buah-buahan yang
banyak mengandung vitamin C. Ada gambar jeruk di sana. Berarti jeruk bagus ya?
Semangat ku ambil jeruk di kulkas. Semuanya habis ku makan.
Selasa,
28 Februari 2004.
Bau
desinfektan menyengat masuk ke hidungku. Sejak kapan kamarku menjadi seperti
ini baunya? Apa Mama membeli parfum ruangan baru? Ku buka mataku. Ruangan ini tampak asing.
Semuanya serba putih. Di sampingku ada Mama dan Papa juga seorang dokter
wanita. Perutku terasa perih. Apa perutku sudah besar? Kulihat perutku, masih
kempes. Atau aku keguguran? Mana mungkin aku kan baru hamil 2 hari. Tapi kenapa
tidak mungkin?
“
Ananta? Sudah bangun? Ya sudah, istirahat dulu ya,Nak. Mama nganter Papa ke
depan dulu. “
“
Iya, Papa ke rumah ambil pakaian kamu dulu ya,Sayang. Lain kali jangan terlalu
banyak jeruknya. Kasihan perut kamu!”
‘Kasihan
perutku?’
Tiba-tiba
ada anak kecil masuk paksa ke ruanganku.
“Jerry?”
“Bu
Dokter! Bagaimana kandungan Ananta? Apakah perutnya baik-baik saja?” terdengar
rentetan pertanyaan dari bu Dokter.
“Hahahaha.
Bagaimana mungkin anak sekecil kamu tau tentang kehamilan,Nak?”
“Tapi
Ananta sedang hamil anak,Buk. Dan saya calon Ayahnya”
“Hahaha,
pikiran kamu terlalu jauh, Nak. Mungkin kamu khawatir. Teman mu hanya sakit
perut karena terlalu banyak makan jeruk. Mana mungkin anak sekecil dia bisa
hamil. Ya sudahlah, tolong jaga dia ya.”
“Hahaha
anak zaman sekarang. Hamil? Hahaha”
Sekarang
hanya tinggal kami berdua. Saling memandang. Saling tahu situasi seperti apakah
ini.
***
Semua
orang tertawa melihat fotoku dan Jerry yang sedang tidur di tengah-tengah
tumpukan tas di tempat yang sama seperti sekarang. Jujur aku malu. Sangat malu.
Niat awal ingin mengembalikan nama baikku dengan reuni ini. Sekarang malah
makin ancur! ‘ini kerjaan siapa sih?, ‘Tuhaan! Mukaku’, ‘Tuhan, cabut saja
nyawaku sekarang!’, ‘Semoga ada gempa sekarang!’, ‘Rivaaal! Ini acara apaan
sih, kampay nget kalian!!!!’ Semua umpatan sudah ku keluarkan, di Hati.
Hanya di hati. Karena aku sudah
menganggap wajahku hilang. Malang.
“
Ananta Trifani.”
‘
Telingaku ilang’
“
Aku tahu kamu pasti malu banget sekarang. Aku tambahin ya, biar sekalian”
‘
Cabut nyawaku,Tuhaan!’
“
Lihat aku dong,Nan! Udah dandan nih aku buat berdiri di sini!”
“ Bodo amat!
Itu siapa sih yang ngomong’
“ Eh lighting
man, tolong di sorot dong tuh si Ananta. Dia di barisan nomor empat yang
pake baju hijau tosca noh!”
‘ Ji Chang Wook, lindungi aku
sekarang!’
Telat. Sorot lampu
sudah ke arahku sekarang.
“ Ananta, sekalian
ya malu nya. Kalau 10 tahun yang lalu kamu malu karena di bilang hamil sama
teman-teman. Kenyataannya engga. Padahal aku berharap kamu beneran hamil. Biar
aku bisa nikah sama kamu, biar aku bisa langsung ngomong kaya gini. Ga perlu
nunggu 10 tahun. Ini yang mau aku bilang,
Ananta Trifani,
nikah yuk?!”
‘Jerry?’
0 komentar:
Posting Komentar