Rabu, 17 Januari 2018

#3 CERPEN

Sekalian Malu?
-AEL-  


Menurutku,taman kanak-kanak adalah masa yang paling sepele. Karena ke-sepele-an itu hampir semua kejadian yang ingin dilupakan, tanpa sengaja masih tersimpan rapi di rumah pikiran. Itulah kenangan. Semanis dan sepahit apapun kenangan, jika itu memang benar adanya akan dengan sendirinya bersandar di ruang-ruang rumah pikiranmu.
Masa kanak-kanak ku sudah bahagia, menurutku. Aku sudah pernah mengadu ke guruku kalau teman sebangku ku poop di celana. Aku sudah pernah pura-pura sakit agar ayah membelikanku satu set permaianan masak-masakan terbaru. Aku sudah pernah menghabiskan lollipop yang besar dalam waktu 10 menit, bermain petak umpet tanpa pernah jaga, menang lomba makan kerupuk, pacu kelereng, dan menjunjung botol. Aku juga sudah pernah suka ke laki-laki di masa itu, tanda aku perempuan. Dan hingga sekarang aku masih suka kepadanya. Bahkan kalau boleh dibilang aku sudah mulai jatuh cinta.
Bagaimana masa kanak-kanakmu?
***
Sabtu,27 Agustus 2020.
“Ini harimu,Nan!” pekikku sambil bercermin
Tiba-tiba smartphone ku bergetar,tanda ada panggilan. Sigap aku mengangkatnya.
“Halo.”
“Halo,Ananta. Listen to me,please. Gapapa kalau kamu duluan berangkatnya? Mama ngotot pengen di antarin ke rumah Paman Ucup,nih.”
“OK”
Are u sure?”
“Iya bawel! Buruan matiin sebelum aku berubah pikiran. Satuu....”
“Iyaa! Tunggu aku di sana. Bye!”
“Hm”
Telepon terputus.
“Untung lagi mood ya, kalau ga? Udah  aku ekstraks tuh laki!”
***
Terlihat baliho besar di depan TK Dahlia “REUNI ANGKATAN 17 dengan tema Ingatkah Masa Pelangimu?”. Kini jam sudah menunjukkan pukul 09:15 WIB. Tapi, baru beberapa orang yang hadir. Padahal acara akan dilaksanakan lima belas menit lagi. Tampak muka-muka baru yang asing,walau sebenarnya itu adalah muka lama yang sudah dipermak, diperbaharui, dan dipercantik sehingga lebih apik untuk dilihat.
“ Ih Ila, tirus banget muka kamu sekarang. Diet ekstra ya?”
“ Ga kok. Maklum aja kali. Anak kuliahan! Tugas nya beuh! Ngeri euy. Payah buat nyisipin waktu makan”
“ Lah aku? Kaya gini mulu”
“ Hahaha syukuri aja kali,Neng. Takdir!”
Sedangkan di pojok sana. Segerombolan anak-anak laki juga bergerombol membentuk formasi wenak untuk cerita.
Men!”
“ Eh,Bro!”
“ Makin cakep aja lo”
“Iya dong. Emang lo, kek itu mulu”
“Sial lu man!”
“Hoi, Bro!” sambar seseorang yang baru datang.
“Eh, itu kandungan lo ke mana? Kapan ngelahirin? Kenapa ga ngabar-ngabar oik?”
“Hahahaha”
“Wes, santai man! Gue nge-gym ekstra nih buat kayak gini. Tunggu aja bentar lagi kelepek-kelepek dah lo!”
***
 Kuayunkan kakiku ke tempat yang hampir 10 tahun ini tidak ku kunjungi. Memang ada pembangunan baru di sekitar sini. Tapi inti dari sekolah ini masih sama. Masih kanak-kanak. Pohon jambu di samping pagar, ah dulu aku sering ada di sana saat itu berbuah. Penjual cemilan di samping pagar, plang nama sekolah, rumput hijau di sepanjang jalan, ayunan, jungkat jungkit, seluncuran, bola putar, semuanya masih di tempatnya. Hanya warna cat dari masing-masing itu yang baru. Ayunan yang dulu warna merah sekarang warna biru dongker. Seluncuran yang dulu hijau tua sekarang menjadi hijau tosca. Dulu, warna dongker ataupun hijau tosca belum ada. Sekarang di zaman ini, semua berkembang. Warna saja, harus ada embel-embel di belakangnya. Hijau tosca, biru dongker, merah maroon, hijau daun, biru laut, merah darah, kuning langsat. Ah sudahlah! Ini tidak akan selesai jika kamu mencoba menyebutkannya.
Sekarang, aku sudah masuk ke dalam gerbang. Dari sini saja aku sudah bisa melihat orang-orang yang dulu seperjuangan denganku. Tapi, aku ragu. Itukah mereka?
“ Kok grogi gini ya? ”
 “ Eh itu serius Ila?  Langsing gitu.”
“ Itu Kyuri? Imut banget”
“ Eh Cicak kok gendutan sih? Seneng banget kuliah kayaknya dia”
“ Ijit kok segitu-gitu aja tingginya?”
“ Itu Minza? Uiii dewasa style-nya”
“ Ih si Nanda, tambah lekong aja. Jibang .”
Aku tidak mengoceh sendiri. Aku mengoceh dengan bayangan.
Aku cukup kaget melihat perubahan mereka. Hampir semua teman-temanku mengganti style nya dalam berpakaian. Menurut perkiraan ku sekarang mereka masih pada semester akhir, sama sepertiku. Atau ada yang sudah lulus. Atau ada yang sudah menikah, pernikahan dini gitu. Padahal pernikahan dini itu ga baik kan ya? Apalagi buat kami yang masih labil.
Sambil berjalan aku masih berharap ada seseorang yang menyapaku duluan. Kan malu kalau datang ke acara reunian tapi ga ada satupun teman yang mau mencoba menyapa tanda kenal, atau setidaknya tanda mencoba mengingat kenalan. Kamu pernah ngerasain ga sih yang kaya gini?
“ Kepada seluruh teman-teman angkatan 17, silahkan berkumpul di aula pertunjukkan ” pengumuman dari seseorang.
Semua orang berbondong-bondong menuju aula, begitu juga aku. Tapi masih sama, aku masih berjalan sendiri. Aku pun mengeluarkan smartphone, mengirimkan pesan ke seseorang.
‘ Jer, acara mau dimulai, kapan kamu dateng?’
Send.
Sekarang aku sudah duduk di barisan ke-empat, masih sendiri. Namun tiba-tiba ada seseorang yang menyentuh bahuku.
“ Ananta?”
“ Ya.”
“ Kamu beneran Ananta? Ya ampun, cantik banget sekarang. Aku hampir ga ngenalin kamu. Aku kira ada orang nyasar ke acara ini. Kamu ingat aku? Cewe yang selalu duduk di depan?”
“ Cewe yang selalu duduk di depan? Naziha ya?”
“ 100!”
“ Ya ampun, udah berapa tahun kita ga ketemu? Sudah 15 tahun bukan? Kamu bukannya pindah ke Riau?”
“ Iya, ini mumpung liburan. Nunggu wisuda. Eh kamu gimana kuliahnya?”
“ Oh iya, ini aku lagi pulang buat persiapan coas.
“ Ciee, calon dokter. Bukannya kamu pengen jadi aktris ya?”
“ Ya, ga lagi sejak aku, ditipu kalian. Kesel kenapa aku se-oon itu dulu”
“ Hahaha. Masih dendam aja,Uni!”
“ Iya, hampir gila aku mikirin kalau aku beneran hamil waktu itu.”
“ Hahahaha, waktu itu aku cuma ikut-ikutan loh”
“ Ikut ketawa!”
Acara dimulai...
Pembukaan oleh MC, sambutan dari ketua angkatan. Ketua angkatan 17 adalah Arival Jefri, seorang laki-laki yang wui ganteng sekarang, berperawakan tinggi dengan kumis tipis. Emang dia ganteng dari dulu. Berbeda dengan Devri Genta, dulu dia itu pendek,item,dekil, suka poop di celana, aneh, hidup lagi. Sekarang dia beda. Gayanya layak seorang hacker+dukun, dia mengenakan semua pakaian serba hitam. Seram. Lalu, sambutan dari guru TK kami yang mungkin sekarang sudah pensiun, Bu Atin. Beliau lebih kurus sekarang, mungkin karena penyakit Diabetes Mellitus yang dideritanya. Tapi, wajah keibuan pembawa senang tak pernah luntur dari muka yang kini sudah keriput itu.
Acara formal habis. MC diganti oleh Presenter. Acara yang sebelumnya kaku berubah menjadi relax. Diawali dengan nyanyian Hafan Anshari, tak ada yang berubah darinya, paras kanak-kanak nya masih ada, terakhir kali aku bertemu dengannya 1 tahun yang lalu, saat dia kerja part time di suatu cafe di Kota. Lalu tarian daerah dari Gitra Zaslawiyuka, dia makin lenggok. Puisi dari Nikma Raina, dia memang anak sastra sejati. Tak ada yang kumengerti dari puisinya. Balas pantun dari Reza dan Nanda. Eh kenapa suara Reza masih cempreng? By The Way, ini sangat menyenangkan! Sangat! Jika kamu tidak percaya, rasakan sendiri bagaimana hangatnya acara reuni itu, apalagi reuni masa kanak-kanakmu.
Hingga akhirnya muncul cuplikan video dokumenter...
***
            Sabtu, 25 Februari 2004.
            “Ananta, kamu jadi pemeran perempuannya ya?”
            “Iya bu”
            “Jerry, kamu jadi pemeran laki-lakinya ya?”
            “Iya bu guru”
            Aku senang. Jerry akan menjadi lawan mainku. Dia itu lucu. Giginya yang berlebih itu membuat mukannya tampak gembung. Dia sering bingung. Dan itu sangat imut. Dia itu lola, tapi sangat menggemaskan. Tidak tinggi, tidak gendut, tidak pintar, tidak pandai menyanyi, bahkan tidak hafal gerakan senam yang biasa dilakukan Setiap Sabtu. Tapi tak tahu kenapa aku sangat  senang melihatnya. Apalagi melihat matanya.
            Tapi, ternyata dia pandai memainkan peran. Terbukti dari tadi bu guru tidak ada mengomentarinya. Bu Atin hanya bersorak-sorak karena Nanda yang jadi bunga malah bergerak-gerak sendiri, si Abud yang jadi pohon malah tiduran. Si Reza yang jadi kambing malah berjalan tegak atau Salmen yang jadi Pak peternak malah tidur terus.
            “Ayo kita istirahat!” ucap bu Guru.
            “ Ah lelahnyaaa”  hampir semua teman-temanku mengeluh.
            Aku langsung melihat ke arah Jerry. Dia memang berbeda. Dari semua anak laki-laki yang berperan hanya dia yang tidak mengeluh. Tapi, mungkin dialah yang paling lelah. Kulihat air di botolnya yang langsung habis dalam sekali minum. Aku juga lelah, sangat lelah. Hingga..
            “ Huaah, ternyata aku ketiduran”
            Kulihat ke sekitar, sudah sepi. Hanya ada tumpukan tas di sampingku.
            “Huuuaaah”
            Tidak! Ada seseorang di sampingku. Kulihat kesamping pelan-pelan. Sangat pelan. Dia pakai celana! Berarti laki-laki. Itu warna seragam sekolahku. Berarti dia anak TK. Sekarang dia sudah duduk. Dan...
Kami berdua sama-sama lari ke arah yang berlawanan tanpa suara sedikitpun.
            Senin, 27 Februari 2004.
            Saat jam istirahat, kami semua ada di kantin. Terdengar Reza dan teman-temannya sedang mengolok-olok Jerry karena kejadian kemarin Sabtu.
            “ Selamat Jerry! Kamu akan menjadi seorang ayah”
            “ Mana mungkin”
            “ Kenapa tidak mungkin? Kamu sudah tidur dengan Ananta kemarin! Ananta pasti sudah hamil”
            “ Hahaha, Jerry akan jadi ayah”
            “Jerry akan jadi ayah, Jerry akan jadi ayah, Jerry akan jadi ayah”
            Jerry melirikku.
            Aku meliriknya.
            Kami saling melirik.
            Pulang sekolah saat menunggu bis sekolah. Jerry mengajakku bicara.
            “ Apa mungkin kamu hamil,Nan?”
            “ Aku rasa iya,  kata majalah Mama yang kubaca, apabila laki-laki dan perempuan tidur bersama, yang perempuan bisa hamil”
            “ Iya sih, kalau di tivi juga seperti itu. Tapi kenapa kita bisa tidur bersama?”
            “ Aku tidak tahu”
            “ Ya sudah, aku akan bertanggung jawab. Apa aku harus menjadi Ayah sekarang?”
“Tentu”
“Aku akan menjadi ayah yang baik untuk anak kita. Kamu jangan khawatir Ananta.”
            “ Ya Jerry.”
            Tet tet tet
            “Bis sudah tiba. Ayoo”
            Setiba di rumah, ku buka lagi majalah Mama kemarin. Kali ini aku lebih memperhatikannya. Memang benar di sana tertulis jika laki-laki dan perempuan tidur bersama, si perempuan akan hamil. Berarti aku hamil. Di lembaran berikutnya, ada cara untuk merawat kehamilan. Yaitu, memakan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C. Ada gambar jeruk di sana. Berarti jeruk bagus ya? Semangat ku ambil jeruk di kulkas. Semuanya habis ku makan.
            Selasa, 28 Februari 2004.
            Bau desinfektan menyengat masuk ke hidungku. Sejak kapan kamarku menjadi seperti ini baunya? Apa Mama membeli parfum ruangan baru?  Ku buka mataku. Ruangan ini tampak asing. Semuanya serba putih. Di sampingku ada Mama dan Papa juga seorang dokter wanita. Perutku terasa perih. Apa perutku sudah besar? Kulihat perutku, masih kempes. Atau aku keguguran? Mana mungkin aku kan baru hamil 2 hari. Tapi kenapa tidak mungkin?
            “ Ananta? Sudah bangun? Ya sudah, istirahat dulu ya,Nak. Mama nganter Papa ke depan dulu. “
            “ Iya, Papa ke rumah ambil pakaian kamu dulu ya,Sayang. Lain kali jangan terlalu banyak jeruknya. Kasihan perut kamu!”
            ‘Kasihan perutku?’
            Tiba-tiba ada anak kecil masuk paksa ke ruanganku.
            “Jerry?”
            “Bu Dokter! Bagaimana kandungan Ananta? Apakah perutnya baik-baik saja?” terdengar rentetan pertanyaan dari bu Dokter.
            “Hahahaha. Bagaimana mungkin anak sekecil kamu tau tentang kehamilan,Nak?”
            “Tapi Ananta sedang hamil anak,Buk. Dan saya calon Ayahnya”
            “Hahaha, pikiran kamu terlalu jauh, Nak. Mungkin kamu khawatir. Teman mu hanya sakit perut karena terlalu banyak makan jeruk. Mana mungkin anak sekecil dia bisa hamil. Ya sudahlah, tolong jaga dia ya.”
            “Hahaha anak zaman sekarang. Hamil? Hahaha”
            Sekarang hanya tinggal kami berdua. Saling memandang. Saling tahu situasi seperti apakah ini.
***
            Semua orang tertawa melihat fotoku dan Jerry yang sedang tidur di tengah-tengah tumpukan tas di tempat yang sama seperti sekarang. Jujur aku malu. Sangat malu. Niat awal ingin mengembalikan nama baikku dengan reuni ini. Sekarang malah makin ancur! ‘ini kerjaan siapa sih?, ‘Tuhaan! Mukaku’, ‘Tuhan, cabut saja nyawaku sekarang!’, ‘Semoga ada gempa sekarang!’, ‘Rivaaal! Ini acara apaan sih, kampay nget kalian!!!!’ Semua umpatan sudah ku keluarkan, di Hati. Hanya di hati.       Karena aku sudah menganggap wajahku hilang. Malang.
            “ Ananta Trifani.”
            ‘ Telingaku ilang’
            “ Aku tahu kamu pasti malu banget sekarang. Aku tambahin ya, biar sekalian”
            ‘ Cabut nyawaku,Tuhaan!’
            “ Lihat aku dong,Nan! Udah dandan nih aku buat berdiri di sini!”
            “ Bodo amat! Itu siapa sih yang ngomong’
            “ Eh lighting man, tolong di sorot dong tuh si Ananta. Dia di barisan nomor empat yang pake baju hijau tosca noh!”
            ‘ Ji Chang Wook, lindungi aku sekarang!’
            Telat. Sorot lampu sudah ke arahku sekarang.
            “ Ananta, sekalian ya malu nya. Kalau 10 tahun yang lalu kamu malu karena di bilang hamil sama teman-teman. Kenyataannya engga. Padahal aku berharap kamu beneran hamil. Biar aku bisa nikah sama kamu, biar aku bisa langsung ngomong kaya gini. Ga perlu nunggu 10 tahun. Ini yang mau aku bilang,
Ananta Trifani, nikah yuk?!”
‘Jerry?’



0 komentar:

Posting Komentar